Selamat datang di blog saya Saudaraku... beginilah keadaannya, tidak usah sungkan untuk membacanya :)

Selasa, 19 Januari 2010

Generasi Para Pembual (1)



Wahai Saudaraku bolehkah aku mengeluh kepadamu? ;)

Kalo melihat hiruk pikuk kondisi politik di negeri kita sekarang ini kok saya jadi pusing ya... Situasi yang menurutku di luar batas... Eh di luar batas apa ya?? he he paling tidak di luar batas nalarku dalam memahami proses berkehidupan berbangsa dan bernegara. Peran media masa memang sangat luar biasa, setiap saat kita bisa melihat, bisa mendengar, dan bisa membaca tentang ‘para pembual’ itu gontok-gontokan di senayan sana. Efeknya ternyata sangat luar biasa bagi masyarakat kita. Coba lihat Saudaraku, sekarang semua orang menjadi pengamat, semua orang menjadi penghujat, semua orang sangat pandai berbicara dan menganalisa (eh bukankah itu bagus ya? kecuali mereka yang hanya pandai menghujat). Emm kenapa ya masyarakat kita tidak lebih senang untuk berpikir konstruktif? Tapi oke lah mungkin dalam berdemokrasi hujat menghujat itu dianggap sebagai hal yang biasa. Tapi ada fenomena yang menurutku lebih menarik Saudara-Saudara....

Efek dari pendidikan demokrasi yang dipertontonkan(*baca diajarkan) oleh mereka yang pandai membual itu ternyata sudah sampe ke kampungku yang terpencil di lereng gunung Wilis sana, bahkan anak-anak SD sudah lihai menerapkan pelajaran tentang kebebasan berdemokrasi tersebut. Coba bayangken Saudara-saudara.... (*bentar-bentar mbayangin dulu) saking menghayati hak berdemokrasinya, anak-anak SD di kampungku tidak segan-segan untuk rame-rame ngajak pulang gurunya sebelum waktunya (beda banget waktu jamanku dulu mau izin buang air kecil ke balakang saja segan rasanya, apalagi sampe ngajak pulang), ada pula yang tidak segan minta uang jajan kepada gurunya “pak njaluk duwite, guru duwite okeh to?” (*bahasa jawa ngoko yang dalam etika berbahasa jawa itu tidak pantas diucapkan kepada orang yang lebih tua apalagi kepada orang yang seharusnya dihormati), bahkan mereka berani kempesin ban sepeda motor gurunya gara-gara di suruh berdiri di depan kelas demi menebus kesalahannya. Ini sungguh ruarr biasa!! Selain budaya berdemokrasi tadi ternyata ada budaya lain yang mencoba anak-anak itu contoh dari para pembual itu, yaitu budaya tidak pentingnya etika, budaya tidak pentingnya rasa hormat, toh sama-sama manusia. Dan ada lagi budaya yang telah mereka terapkan yaitu budaya balas dendam. Fiiiuhh keren ya anak-anak sekarang... &%$#@!

Dan memang guru sekarang kelihatan kehilangan wibawa, termasuk para pemimpin kita menjadi seperti tidak punya wibawa, mungkin mulai banyak juga orang tua yang nasehatnya sudah tidak dipedulikan lagi oleh anak-anaknya. Waah apa jadinya ya kalo guru sudah tidak dihormati lagi oleh muridnya, pemimpin sudah tidak dihormati oleh rakyatnya, dan orang tua sudah tidak lagi dihormati oleh anaknya??

Ngomong-ngomong tentang guru di kampungku, ada juga nih yang menarik... (tapi saya kok dah ngantuk ya...)

3 komentar:

  1. waks, punya blog toh ;))
    tar deh komennya, tak ngantor dulu, hahahha

    BalasHapus
  2. #oche: hu hu hu... mentang2 blognya msh berantakan jd diketawain :(( nanti aku diajarin yak ;)... ditunggu komennya

    BalasHapus
  3. sopo lo yg ngetawain, suudon deh :P
    eh, blognya ta follow :)
    ----

    demokrasi itu emang harus diajarkan loh, bahkan harus dipertontonkan. sayangnya kelewatan dan pake cara yg ga bener. *serius ON*

    buaya vs cicak, antasari, hotel 'penjara', ga selesai2.
    kira2 kapan nasib engineer cewek dibicarakan di negara kita? wkwkwkwkwk

    BalasHapus

Saya akan sangat bangga bila ada yang mau berkomentar. Monggo saya persilahkan...